Teks Artikel

Eksistensi Kesenian Rampak Barong di Kalangan Masyarakat

rampak barong Joyo Ing Karyo

Rampak barong adalah kesenian menari dengan membawa Barongan dan diiringi tetabuhan musik-musik gamelan. Kesenian ini sama seperti bantengan, kuda lumping jathilan dll. Di dalam kesenian ini ada unsur memanggil roh-roh. Seperti Kuda lumping, mereka para pemain berdandan seperti perempuan dan menunggangi kuda seakan-akan mereka seorang prajurit. Di setiap pertunjukkan ada sesajen dan kemenyan untuk memanggil roh serta memberi makan roh.

Pada zaman dahulu kesenian seperti ini sudah biasa ditampilkan di masyarakat dan masyarakat tidak mempermasalahkan tentang itu musrik atau bukan. Dulu islam berkaitan dengan kejawen dan masih mempercayai arwah nenek moyang yang berada di sekitar kita. Kesenian ini juga digunakan sebagai media dakwah oleh para sunan.

Menurut salah satu pemain dari grup kesenian bantengan dan rampak barong Joyo Ing Karyo kesenian ini bukan merupakan kesenian yang musrik, sebab disini para pemain tidak menyembah jin, melainkan mereka hanya berteman dengan jin, dan tidak ada sama sekali unsur musrik di dalam kesenian tersebut.

  “Kami disini hanya berteman dengan jin.” Ujarnya.

Para pembarong ini tidak malu, meskipun banyak pemikiran-pemikiran yang menganggap bahwa itu adalah kuno atau jadul. Mereka malah senang karena bisa melestarikan budaya lokal.

  “Saya lebih suka melestarikan budaya lokal, sebelum budaya ini punah atau diklaim oleh negara lain.” Kata Raka salah satu pemain grub kesenian bantengan dan rampak barong Joyo Ing Karyo.

Sosialisasi tentang kesenian ini bisa diterima di kalangan masyarakat sebab kesenian ini bisa ditonton bebas dan tidak memerlukan tiket untuk melihat pertunjukkannya. Misalnya saja di balai Kota Malang, saat menyambut pawai obor Asian Games bulan lalu pemerintah mengundang beberapa grup rampak barong, grup tarian,grup reog dll. Banyak masyarakat yang berantusias untuk melihat pertunjukkan- pertunjukkan tersebut. Antusias masyarakat ini bisa dilihat dengan penuhnya balai Kota Malang pada saat itu. Banyak juga turis yang melihat pertunjukkan itu.

penonton yang terlihat antusias melihat kesenian bantengan dan rampak barong